Pesantren Startup 2019: Apa Sih Startup? Begini Penjelasannya



Pesantren Startup 2019: Apa Sih Startup? Begini Penjelasannya

Sejak pagi sekira pukul 08.30 WIB, Gedung EduPlex Bandung ramai dikunjungi  peserta kegiatan Pesantren Startup 2019. Peserta didominasi dari kalangan mahasiwa kampus sekitar Kota Bandung. Banyak pembahasan seputar Startup yang dibahas dalam kegiatan tersebut, diisi pemateri yang berpengalaman di bidangnya masing-masing.

Menurut salah satu pengisi acara tersebut, Annisa Muliasari, Content Strategies Tech In Asia menjelaskan, bedanya Startup dengan membangun perusahaan sendiri yang memberikan pelayanan adalah, bagaimana cara mengeksekusi ide dan akhirnya menjadi sebuah bisnis bermula dari ‘painful problems’ (masalah pesakitan) dan bagaimana memecahkan masalah tersebut.

“Mungkin kalau misalkan biar gampang, kita lihatnya dari GoJek deh.  GoJek itu sebelum akhirnya go public, mereka itu benar - benar dari nol banget. Mereka melihat problem  masyarakat, khususnya daerah Jakarta adalah macet dan orang sering banget telat. Nah, mereka cari akar masalahnya ini apa? Disitu, para Foundernya ingin membantu bagaimana caranya masyarakat Jakarta ini hilang alasan telat karena macet,” jelas Annisa.

Dilanjutkan Oki Earlivan, Founder dan CEO Edu Grup and Tipologic, menjelaskan. Startup tidak memiliki devinisi khusus, apapun bisnisnya yang disebut dengan bisnis rintisan, bidang teknologi maupun bukan, adalah Startup. “Hanya saja, sekarang itu nge-hit  gitu ya istilah Startup tuh identik dengan teknologi. Kalau kita bicara bisnis konvensional. Kita melihat ada satu peluang, Kita tahu gimana cara kita dapat uang. Contoh, oh sekarang lebaran nih, kayaknya bagus nih jualan kurma, baju muslim, sajadah, parcel, pasti bagus,” jelas Oki.

Lanjut Oki mencontohkan, Startup tidak melihat dengan pandangan demikian. Startup akan melihat dari masalah utama apa yang akan terjadi di lingkungan sekitar setelah melewati masa lebaran. “Misalnya, kayaknya orang-orang pengen mudik, tiket ongkos pesawat mahal, nyari tiket hotel susah. Akhirnya dibikin peluang, misalnya dibikin aplikasi buat beli tiket hotel, tiket pesawat, tiket kereta, bahkan biaya makan,”  Oki mencontohkan.

Berdasarkan data dari Startup Ranking pada Februari 2018, Indonesia tercatat masuk urutan ke empat, Negara dengan jumlah perusahaan startup terbanyak. Indonesia berada di peringkat empat dengan jumlah perusahaan startup 1.705 dibawah Negara Amerika Serikat (28.794), India (4.713), dan Inggris (2.971). Fakta lainnya, empat Startup di Indonesia sudah berstatus Unicorn (gelar yang diberikan pada Startup yang memiliki nilai valuasi lebih dari 1 miliar USD, diantaranya Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.